IregWay.com
IregWay.com - Indonesian Research Gateway adalah website yang menyajikan beragam informasi terbaru, yang mencakup pendidikan, Bisnis dan Seputar Blogging
Sabtu, 01 September 2018
Suara Mahasiswa
MOMB UNG DAN SEJUTA INVESTASINYA
![]()  | 
| PERAYAAN MOMB UNG 2018 | 
Masa Orientasi Mahasiswa Baru merupakan aggenda rutinitas tahunan Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Setiap tahunnya kegiatan ini selallu berjalan dengan meriah karena diikuti oleh ribuan mahasiswa baru.
Bagi  Mahasiswa Baru (MABA) MOMB merupakan momentum awal mereka akan mengenal  kehidupan yang ada di lingkungan kampus. Berbagai macam doktrin  perlawanan yang ditanamkan kepada setiap individu mahasiswa baru, tidak  sedikit pengurus organisasi mahasiswa intra kampus yang ingin tampil  sebagai super hero yang tidak berdosa dihadapan mahasiswa. Dengan  percaya diri mereka tampil seperti orang yang terhebat yang akan  menetukan nasib mahasiswa baru kedepan. Tapi, sangat disayangkan bahwa  mereka yang tampil sebagai dewalah yang justru menghisab orang tua  mahasiswa baru, yang memutuskan langkah mahasiswa ingin melanjutkan  pendidikan. 
Namun  dibalik kemeriahan pelaksanaan kegiatan MOMB tidak sedikit orang yang  harus ihklas menunda keinginannya untuk melanjutkan pendidikan, yang  disebabkan perekomomian keluarga lemah, dan tingginya mahar pendidikan  yang harus dibayar oleh setiap mahasiswa... Entah dari Uang Kulia  Tunggal (UKT), Biaya MOMB, dan Uang Pembangunan.
Yang  paling menarik untuk diulas ialah biaya MOMB yang dibebankan kepada  mahasiswa baru hingga detik ini masih misterius. Karena sistem ini tidak  memiliki regulasi yang jelas dari menristek dikti. Pengelolaan anggaran  ini diberikan kepada mahasiswa, hal ini sangat memprihatinkan sebab  mahasiswa baru tidak pernah menyadari, bahwa biaya MOMB yang mereka  bayar hanya masuk ke kantong-kantong Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) intra  kampus dan yang berperan dalam hal ini ialah mahasiswa itu sendiri. 
Walaupun  anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan perlengkapan untuk  mahasiswa baru, entah dari Jaz almamater, kaos, momb, kaos senat, kaos  hmj, pin, slayer, serivikat, buku pedoman, dan kartu mahasiswa namun hal  itu tidak sebanding dengan jumlah biaya yang telah dipungut dari  seluruh mahasiswa baru yang total jumlahnya Delapan Ratus Ribu Rupiah (800.000) per mahasiswa. 
Hal ini bukan hanya mengada-ngada namun bisa dibuktikan secara rill dan nyata sebagai berikut:
- Jaz Almamater : Rp. 250.000 per lembar.
 - Kaos Momb : Rp. 100.000.
 - Pin : Rp. 10.000
 - Slayer : Rp. 10.000
 - Sertifikat : Rp. 10.000
 - Kartu Tanda Mahasiswa : 30.000
 - UKM 30.000
 
- Kaos Senat : Rp. 100.000
 - Pin : Rp. 10.000
 - Slayer : Rp. 10.000
 - Sertifikat : Rp. 10.000
 
- Kaos HMJ : Rp. 100.000
 - Pin : Rp. 10.000
 - Slayer : Rp. 10.000
 - Sertifikat : Rp. 10.000
 
Setiap tahun jumlah mahasiswa baru yang masuk ke UNG paling sedikit 4000 mahasiswa dan jika dikalkulasikan seluruh biaya MOMB maka hasilnya mencapai miliaran rupiah apalagi ditambah dengan anggaran tahunan ormawa.
Inilah investasi yang sangat besar yang ada dilingkungan kampus setiap tahun, Sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa pragmatis. Alhasil hal ini menyebabkan pertarungan demokrasi kampus selallu meriah disetiap tahunnya, berbagai macam visi dan misi yang dipaparkan demi menarik simpatisan masa.
Bahkan mereka tidak seggan-seggan untuk mengucurkan dana demi meraih kemenangan yang sempurna. Mereka berfikir jika berhasil memenangkan pertarungan demokrasi kampus, maka investasi besar yang mencapai miliaran rupiah sedang menanti. Sehingga visi misi yang mereka janjikan telah dilupakan oleh investasi yang sangat menggiurkan itu.
Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB) merupakan investasi besar bagi birokrat kapital, dan mahasiswa pragmatis yang menurut mereka harus dipertahankan keberadaannya. Sehingga menyebabkan biaya MOMB sulit untuk dihapuskan. Padahal nyatanya uang yang dibebankan kepada masing-masing mahasiswa baru itu hanya masuk kedalam kantong-kantong ormawa, yang penggunaannya pun tidak ada kejelasan dan banyak ketimpangan.
Sangat  miris institusi akademik yang tugas pokoknya untuk menjalankan  Tri-dharma Perguruan Tinggi justru kehilangan makna dan arah, slogan  Universitas Negeri Gorontalo sebagai kampus peradaban namun realitanya  justru menjadi kampus ladang penindasan yang berkepanjangan.  
Dan hari ini masih banyak penindasan dan ketimpangan yang sering terjadi di lingkungan kampus, namun sangat disayangkan mahasiswa yang seharusnya mengawal ketidakadilan itu justru ikut terjun dalam persoalan itu. Melihat fenomena ini, Penulis hanya teringat kata dari seoarng aktivis Indonesia Soe Hok Gie "Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa.
Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap  tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi  korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam  tadi".
-------- MASUKAN KODE IKLAN 1 --------
-------- MASUKAN KODE IKLAN 2 --------
-------- MASUKAN KODE IKLAN 3 --------

0 Komentar